Sunday, July 1, 2007

Ini teh rumah saya gitu?

Dear Kudanil,
Ini mah curhat.. abis bingung mau ngobrolin sama siapa? Takut salah paham..

Tentang rumah nih.. Nggak tahu kenapa, bangunan rumah yang sekarang saya tinggalin rasanya kok nggak kaya rumah yah..? Bangunan itu bukan rumah kami (apalagi rumah saya)..bangunan itu adalah rumah mereka.
Rumah itu didatangi oleh tamu - tamu mereka. Teman - teman mereka..saya juga kenal orang - orang itu sih..tapi kenalnya juga karena dikenalin mereka. Ada alasan kenapa saya baru 3 kali membawa teman - teman saya. Karena saya tahu, tamu - tamu saya kalau main ke tempat itu, pasti kurang nyaman..dan jengah kalau berlama - lama. Karena kesan yang mereka dapatkan adalah, mereka bukan bermain ke rumah saya. Tapi mereka datang ke sebuah tempat yang di dalamnya sudah ada komunitas tertentu. Saya juga jadi kikuk dan bingung sendiri mencari cara supaya mereka bisa nyaman di situ.
Bangunan itu pada kenyataannya dihuni oleh sepuluh juta orang. Dan kesepuluh juta dikurangi enam, adalah tamu - tamu mereka. Saya kenal orang - orang itu juga sih..dan mereka nggak ada yang nyebelin satu pun...tapi sekali lagi, mereka bukan orang - orang yang familiar dan akrab di hidup saya sebelumnya. Saya baru dikenalkan oleh mereka. Tentunya dengan banyak orang - orang yang baru saya kenal itu, saya jadi tidak bisa leluasa bebas guling - gulingan di ruang TV, di ruang makan, di kamar mandi, dan di dapur. Malu euy banyak orang yang belum begitu akrab. Suka aneh kalau bangun tidur pagi - pagi lihat penghuni - penghuni yang tidur di ruang TV..ini siapa aja yah? Oooh..tamu - tamu mereka.
Di bangunan itu ada juga lho jadwal yang lumayan rutin. Dan tentunya itu adalah jadwal mereka. Hari - hari khususnya weekend pasti bangunan itu jauh dari keheningan. Penuh dengan canda tawa dan permainan seru. Becandaan, obrolan asyik, dan permainan mereka (bersama tamu - tamu mereka)... Ikut gabung? yah dicoba sih sekali - kali (dan seru juga), tapi bo..suka nggak ngerti obrolan dan permainannya.
Peraturan di bangunan itu? Hmm..mungkin peraturannya adalah tidak ada peraturan. Saya mah ikut aja deh sama pola mereka. Rumah berantakan, cucian piring numpuk, kamar mandi penuh terus, air minum habis secepat kilat, suara musik super kenceng..mau protes? Da kumaha yah, nggak enak euy sama mereka.
Alhamdulillah sepuluh juta orang yang ada di bangunan itu, bageur - bageur semua. Dan eh, saya disegani lho.. Beda sendiri deh..paling disegani. Tapi kenapa yah..asa malah jadi ada yang aneh. Disegani karena saya sehari - harinya bukan bagian dari komunitas mereka. (plus faktor bengeut dan aura galak kali yah, hehee).
Kudanil kamu pernah berkunjung ke sebuah kantor dan warung yang ada di depannya? Nah orang - orang dan suasana di bangunan tempat saya tinggal teh kira - kira sama, sama orang - orang dan suasana di kedua tempat itu.
Saya tinggal di bangunan itu sama sahabat saya lho.. Kamarnya persis disebelah kamar saya. Sahabat yang selama saya mengenalnya selalu saja saling berbagi kamar. Tapi saya nggak pernah sekali pun menginap di kamarnya. Nggak enak, takut ganggu. Karena kamarnya sering banget diinepin sama tamu - tamunya. Kalau kebetulan lagi nggak ada yang bertamu, saya mah tidak berani untuk menginep di sana. Takut dia enek, setiap hari kamarnya ada aja orang lain. Saya main ke kamarnya kalau lagi nggak ada siapa - siapa di bangunan itu. Masuk, duduk di kasurnya, mencoba merasakan kehangatan persahabatan walaupun saya sendirian di situ, inget - inget hal - hal asyik yang pernah dialamin bareng, membayangkan lagi ngobrol asik sama dia, trus shalat di situ deh..biar kamarnya jadi tambah hangat dan damai. Asa aneh..tinggal bareng, tapi kok malah makin nggak akrab yah?
Eits..tapi nggak sesedih itu kok kondisinya. Saya masih punya ruang yang akrab, hangat, dan homey di bagunan itu...kamar saya dan kamar adikku.
Kudanil, saya teh cerita karena takut saya akan punya pikiran dan perasaan buruk tentang bangunan itu dan orang - orang di dalamnya nanti. Saya menyukai mereka. Mereka bageur, asyik, dan nggak ganggu. Saya teh minoritas yang berbeda sendiri dan nggak bisa protes sama sekali. Bangunan itu kan rumah mereka. Mereka sudah sepantasnya punya hak untuk menjadikan bangunan itu rumah mereka, dengan hidup dengan cara mereka, mengundang teman - teman mereka, dan melakukan apa saja di rumah mereka. Mereka mencintai rumah mereka karena hal - hal tersebut. Sedangkan saya... saya kehilangan esensi dan rasa, bahwa bangunan itu adalah rumah saya.
Tapi InsyaAllah, saya akan berusaha menjaga hati supaya nggak terselip rasa kesal, muak, apalagi marah. Na'udzubillah.. jangan sampe De! Astagfirullah.. Saya akan membuat pilihan..tapi tidak karena saya mempersalahkan mereka.
Ini teh rumah saya gitu..? Asa henteu

No comments: