Saturday, March 10, 2007

Seiring dengan prasangka baiknya terhadap hidup, ia mati...

Sang kupu - kupu lahir sebagai seekor ulat buruk rupa, yang keburukkannya membuat ia hidup sendiri walau ditengah - tengah kawanannya.

Buruk rupanya tidak pernah menghalangi semangatnya untuk terus menjalani hidup. Dia tidaklah, lincah, menarik, ataupun memiliki keperkasaan yang disegani. Bulu - bulu halusnya membuat ia dihindari, namun sekaligus mengajarkannya untuk bisa menikmati kemandirian yang begitu menggairahkan! Dunia diarungi dengan langkah pasti dengan penglihatan kedua matanya.

Di saat yang tepat, ketika bekalnya sudah cukup, tibalah waktu bagi sang ulat untuk menikmati, dengan penghayatan, jerih payahnya. Terciptalah sebentuk kepompong.. Sebuah peristirahatan yang nyaman. Entah kenapa peristirahatannya yang sederhana itu mulai menarik perhatian dunia. Selendang - selendang sutra tercipta berkat jalinan untaian benang - benang sang kepompong, yang sekaligus mengenalkannya pada pemaknaan dan pengakuan dunia terhadap dirinya.

Musim semi tiba.. Di waktu yang paling indah, terkepaklah sayap - sayap cantik sang kupu - kupu. Cantik sekali. Terbang bebas dengan keanggunan hasil metamorfosis yang sempurna. "Aku siap mengelilingi dunia!" ujarnya semangat. "Aku akan menghisap sari - sari terbaik dari bunga - bunga tercantik yang disediakan alam." Tidak pernah ada yang menyangkalnya.

Seiring dengan prasangka baiknya terhadap hidup, ia mati...

Sayapnya yang cantik, membentang kaku karena air keras. Jiwa dan semangatnya yang bebas tidak dapat mengukuhkannya dalam kelompok makhluk hidup berumur panjang. Sebagian besar kupu - kupu hidup tidak lebih dari hitungan hari.

Siapa yang lebih beruntung; sang ulat, sang kepompong, atau sang kupu - kupu?

Entah kenapa, muncul rasa iri terhadap sang ulat...

No comments: